Kesenian Jaranan Suro ManunggalKesenian Jaranan Suro Manunggal
Suro Manunggal Kesenian Budaya jaranan Kepang TalangAgung Kepanjen Malangber awal dari sekumpulan pemuda desa talangagung yang ingin melestarikan kesenian bantengan & jaran kepang dor. kami para pemuda desa talangagung berkumpul dan mendirikan kesenian bantengan & jaran kepang dor. dengan di pelopori oleh sunaryo, dolok,eko,ali, eko wahwo. berkumpul dan minta doa restu sama sesepuh desa talangagung. mereka merintis dengan modal tekat yang kuat,mengumpulkan bahan sendiri, dan membuat peralatan sendiri, sehingga terbentuklah kesenian BANTENGAN & JARAN KEPANG SURO MANUNGGAL yg ber alamatkan di jl. molek talangagung rt.11 rw.03 desa Talangagung kepanjen malang
Tak hanya terkenal dengan beragamnya jenis kuliner, Kepanjen Malang juga memiliki segudang budaya khas yang tak bisa diabaikan. Berbicara mengenai budaya, salah satu yang menarik dari malang adalah kesenian khas daerah yang dimilikinya.
Selain topeng malangan, seni jaran kepang merupakan kesenian Malangan yang cukup menarik untuk disaksikan. Sudah kenal dengan jaran kepang atau yang dikenal juga dengan jaranan ini? Yuk, kita intip sekilas tentang pertunjukan unik Malangan ini!
Jaran kepang merupakan salah satu pertunjukan seni yang menampilkan serombongan orang yang siap beraksi dengan jaran kepang. Jaran kepang sendiri merupakan tiruan bentuk kuda yang dibuat dari kepangan bambu atau kepangan kulit..
Sejarah Asal Kesenian Jaranan.
Seni Jaranan itu mulai muncul sejak abad ke 10 Hijriah. Tepatnya pada tahun 1041. atau bersamaan dengan kerajaan Kahuripan dibagi menjadi 2 yaitu bagian timur Kerajaan Jenggala dengan ibukota Kahuripan dan sebelah Barat Kerajaan Panjalu atau Kediri dengan Ibukota Dhahapura.
Sejarah tentang Tari Jaranan ini memiliki beberapa versi cerita yang berbeda. Menurut salah satu cerita legenda yang berkembang di masyarakat, tarian ini menceritakan tentang pernikahan Klono Sewandono dengan Dewi Songgo Langit. Dan penari berkuda pada Tari Jaranan ini menggambarkan tentang rombongan prajurit yang mengiringi boyongan Dewi Songgo Langit dan Klono Sewandono dari Kediri menuju wangker. Tari Jaranan ini merupakan warisan nenek moyang yang masih tetap ada dan berkembang hingga sekarang.
Raja Airlangga memiliki seorang putri yang bernama Dewi Sangga Langit. Dia adalah orang kediri yang sangat cantik. Pada waktu banyak sekali yang melamar, maka dia mengadakan sayembara. Pelamar-pelamar Dewi Songgo Langit semuanya sakti. Mereka sama-sama memiliki kekuatan yang tinggi. Dewi Songgo Langit sebenarnya tidak mau menikah dan dia Ingin menjadi petapa saja. Prabu Airlangga memaksa Dewi Songgo Langit Untuk menikah. Akhirnya dia mau menikah dengan satu permintaan. Barang siapa yang bisa membuat kesenian yang belum ada di Pulau Jawa dia mau menjadi suaminya.
Ada beberapa orang yang ingin melamar Dewi Songgo Langit. Diantaranya adalah Klono Sewandono dari Wengker, Toh Bagus Utusan Singo Barong Dari Blitar, kalawraha seorang adipati dari pesisir kidul, dan 4 prajurit yang berasal dari Blitar. Para pelamar bersama-sama mengikuti sayembara yang diadakan oleh Dewi Songgo Langit. Mereka berangkat dari tempatnya masing-masing ke Kediri untuk melamar Dewi Songgo Langit.
Dari beberapa pelamar itu mereka bertemu dijalan dan bertengkar dahulu sebelum mengikuti sayembara di kediri. Dalam peperangan itu dimenangkan oleh Klana Sewandono atau Pujangganom. Dalam peperangan itu Pujangganom menang dan Singo Ludoyo kalah. Pada saat kekalahan Singo Ludoyo itu rupanya singo Ludoyo memiliki janji dengan Pujangganom. Singa Ludoyo meminta jangan dibunuh. Pujangganom rupanya menyepakati kesepakatan itu. Akan tetapi Pujangganom memiliki syarat yaitu Singo Barong harus mengiring temantenya dengan Dewi Sangga Langit ke Wengker.
Iring-iringan temanten itu harus diiringi oleh jaran-jaran dengan melewati bawah tanah dengan diiringi oleh alat musik yang berasal dari bambu dan besi. Pada zaman sekarang besi ini menjadi kenong. Dan bambu itu menjadi terompet dan jaranan.
Dalam perjalanan mengiringi temantenya Dewi Songgo Langit dengan Pujangganom itu, Singo Ludoyo beranggapan bahwa dirinya sudah sampai ke Wengker, tetapi ternyata dia masih sampai di Gunung Liman. Dia marah-marah pada waktu itu sehingga dia mengobrak-abrik Gunung Liman itu dan sekarang tempat itu menjadi Simoroto. Akhirnya sebelum dia sampai ke tanah Wengker dia kembali lagi ke Kediri. Dia keluar digua Selomangklung. Sekarang nama tempat itu adalah selomangkleng.
Untuk mengenang sayembara yang diadakan oleh Dewi Songgo Langit dan Pernikahanya dengan Klana Sewandono atau Pujangga Anom inilah masyarakat kediri membuat kesenian jaranan. Sedangkan di Ponorogo Muncul Reog. Dua kesenian ini sebenarnya memiliki akar historis yang hampir sama. Seni jaranan ini diturunkan secara turun temurun
..sampai sini info yang kami berikan jangan lupa klik button like komen share and subcribe
thank for watching
http://www.ramukepanjen.blogspot.com
Related Posts